Awas, Gerombolan Penjahat Seks di Kereta

Written By Phuad Cahyono on 4 Mei 2011 | 15.34

Kasus pelecehan seks masih terjadi di dalam Kereta Rel Listrik (KRL) Ekonomi. Kali ini pelakunya tidak lagi sendiri tapi berkelompok. Selasa 26 April 2011 pagi, cerita kelam perlakuan bejat sekelompok pria itu terjadi.
Seperti yang diceritakan rekan korban, Dina Nirmala.  Rekannya pagi tadi datang ke kantor dengan kondisi tertunduk menangis dan badannya gemetar. Melihat hal ini, banyak temannya yang terheran. "Sambil menangis dan dengan susah payah korban menuturkan pengalaman pahit yang baru saja menimpanya," katanya.

Saat itu, korban naik KRL Ekonomi jurusan Tanah Abang, sekitar pukul 08.00 WIB, dari Stasiun Universitas Pancasila. Kondisi kereta sangat padat. Aksi saling dorong saat penumpang masuk pada setiap stasiun terjadi. Hal ini sudah biasa dirasakan penumpang kereta.

Saat berada di dalam kereta, korban tidak mencurigai apapun saat melihat sekitar 10 orang pria bergerombol. Menurut korban, usia pelaku ditengarai antara 30 tahun ke atas. "Tampang mereka baik-baik semua, itu kenapa saya tidak curiga apa-apa," kata korban yang mengenakan jilbab, seperti yang diceritakan Dina.

Desakan penumpang dari Stasiun Lenteng Agung, memaksanya masuk lebih jauh ke dalam gerbong. Nahas, dia dikelilingi gerombolan pria itu. Hal yang tak dia duga mulai terjadi ketika salah satu pria yang berada di belakangnya mulai menurunkan tangan. "Pria itu membuka celana panjangnya, dan maaf mengeluarkan alat vitalnya dan mengesek di bagian belakang tubuh korban," kata Dina.

Tragisnya lagi, sejumlah pria lain itu seperti menutupi aksi yang ada. Ketika korban berteriak minta tolong, tidak ada satupun orang yang bisa membantu karena kondisi kereta sangat padat. Korban bahkan memohon agar tindakan itu dihentikan. "Pak tolong, saya mohon jangan dorong, kereta sudah padat dan saya terjepit." ujarnya.

Gerombolan pria itu malah tertawa. Mereka seperti kegirangan dan mereka terus melakukan aksi bejatnya. "Pria itu bahkan sedikit mendesah dan mengeluarkan kata-kotor kotor di kuping korban," katanya.

Setelah bersusah payah berteriak dan merangsek menuju pintu, akhirnya korban keluar dari desakan gerombolan laki-laki itu di Stasiun Pasar Minggu. Padahal kantornya berada di Tanah Abang. Dia lalu menuju  kantornya menggunakan kendaraan umum.
Dina mengatakan, sambil bercerita korban tak hentinya mengeluarkan air mata. Dia syok dan trauma. Kasus ini terpaksa diceritakan Dina agar pengalaman pahit yang menimpa temanya dapat membuat kaum wanita makin waspada saat berada di dalam kereta. Agar kondisi yang sama tidak terjadi dan tidak terulang lagi.

"Banyak kasus seperti ini tapi korban tidak berani mengadu. Lalu kemana jika harus mengadu? KCJ (PT Kereta Api Commuter Jabodetabek)? Akankah ada tindakan nyata," ujar Dina.

Menurut Dina, biasanya pihak PT KCJ dengan mudah bicara untuk menyalahkan korban. "Mereka mengatakan harusnya korban bisa membela diri. Harusnya korban bisa begini dan begitu, atau yang lebih ekstrim lagi, harusnya jangan naik kereta ekonomi kalau mau nyaman," katanya.

Dina mengatakan, pagi ini dirinya berkabung untuk sekian kalinya terhadap pelayanan kereta yang buruk. "Sudah berulang kali dikatakan buruk, tetapi seperti bangga akan keburukannya," katanya.

"Kejadian pagi ini hendaknya menjadi pelajaran berharga buat semua orang. Sampai sekarang teman saya masih merasakan tertawaan orang itu dan canda joroknya. Lelaki tidak bermoral, lahir dari batu mungkin," kesal Dina.
Kepala Humas Daop I PT Kereta Api, Mateta Rizalulhaq mengatakan,  akan mengusut  kejadian ini. Dia sudah menyampaikan kepada unit terkait. Namun dia meminta agar para penumpang tidak memaksakan diri bila kereta sudah dalam kondisi yang sangat penuh.

Aulianet
Selain itu, PT KA terus berupaya untuk memberikan layanan yang layak bagi penumpang wanita dengan menyediakan gerbong kereta wanita pada kelas eksekutif atau ekspres. "Ini usaha kami untuk menghindari kejahatan terhadap penumpang wanita," ujarnya.

Selain itu, penegakan hukum dianggap menjadi penting. Karena setiap korban diminta untuk melapor kepada petugas yang ada disetiap stasiun maupun kepada polisi. Karena bila mengerahkan petugas dalam jumlah banyak di dalam kereta adalah hal yang tidak mungkin.

"Berteriak, menghindar, dan laporkan kepada petugas. Tidak mungkin petugas diam, kalau perlu kami akan hentikan perjalanan kereta," ujarnya.

0 komentar:

Pengikut